Minggu, 26 April 2009

edisi I

EIDELWEIS

Seperti anak-anak remaja kebanyakan, pada bulan februari sibuk merencanakan hal-hal yang romantis. Terlepas bahwa 14 februari adalah perayaan valentine yang merupakan hal yang dilarang bagi umat muslim. Tapi 14 februari bagi Roni bukan hanya valentine, karena pada tanggal tersebut kebetulan juga hari ulang tahun Alen, kekasihnya. Pada ulang tahun sebelum-sebelumnya Roni selalu memberikan Alen coklat. Hubungan Roni dan Alen terbilang awet, karena valentine kali ini adalah yang ketiga bagi mereka.
Tahun ini Roni hendak meberikan hadiah sepesial, yang sangat jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dia berniat menghadiahkan Alen bunga eidelweis. Kebetualan Roni dan kawan-kawannya telah merencanakan pendakian ke gunung kerinci pada awal bulan ini. Bersama 10 orang rekanya Roni berangkat dari base camp Hyper pala. Setelah mengecek semua perlengkapan dan perbekalan yang telah disusun dalam beberapa buah tas rasel besar, sambil menenteng tas ranselnya Ia pun tak lupa berpamitan dengan Alen yang ikut melepas keberangkatannya.
Roni :“Nanti kubawakan sesuatu yang special untuk mu”.
Alen,, Dengan mata berkaca-kaca Alen tak sanggup berkata apa-apa. Dia
langsung memeluk erat Roni, seakan tak rela melepas
keberangkatannya.

Tiba dikaki gunung kerinci, seluruh anggota beristirahat sejenak dan Roni yang bertindak sebagai pimpinan rombongan mengurus administrasi di pos penjagaan. Setelah menyelesaikan administrasi,
Roni : “Ayo brangkat!!”
Robert : “ Ah, baru juga istirahat.. mang lho ga cape tadi kita di bus 4 jam
perjalanan? “ (dengan wajah yang pucat karena mabuk darat)
Phei : “ Dasar lho bet anak mami, baru segitu aja ngeluh”
Roni : “ udah ayo jalan jangan berdebat!”
Roni dan rombongannya pun berangkat, tak berapa lama mereka berjalan, tiba-tiba berpapasan dengan seseorang yang tampak misterius, pria paruh baya dengan setelan baju hitam-hitam seperti seorang pendekar pencak silat dengan sorban berwarna hitam pula yang melilit dikepalanya. Kulit wajah yang sudah keriput, berjengot panjang dan sedikit ber uban, dengan tatapan mata yang menerawang. Saat berlalu, orang tersebut sempat menyapa Roni,
Pria misterius :” De kalau mau keatas jumlahnya jangan ganjil”.
Roni : (seraya tersenyum dan sejuta tanda tanya didalam pikirannya)
“makasih mang”.
Entah karena Dia tak mengerti atau tak ingin menghiraukan perkataan orang tadi. Yang ada dalam hati Roni hanya pertanyaan,”siapakah orang itu ?”. Saat Roni ingin mempertegasnya dengan memalingkan pandangannya kebelakang kearah pria mistertius tadi berlalu, tetapi telah hilang ditelan rimbunnya hutan.
Boni : (yang berjalan tepat dibelakang roni) “kenapa?”.
Roni : (tak menjawab dan langsung berpaling melanjutkan perjalanan).

Baru setengah perjalanan berhasil mereka tempuh, tiba-tiba turun hujan sangat deras. Dengan sigap Erwin dan Phei yang kebetulan bagian membawa perlengkapan, ambil inisiatif mendirikan tenda, sedangkan anggota yang lain sibuk menjaga perbekalan agar tidak basah selama tenda belum berdiri. Dalam waktu 5 menit tenda berhasil didirikan ditengah guyuran hujan, dan seluruh anggotapun masuk kedalam tenda. Karena hujan tak kunjung reda, akhirnya mereka memutuskan untuk bermalam. Malam semakin larut, dengan hujan yang tak menurunkan intensitasnya, dan tanpa perapian. Hanya dengan sleeping bag rasa dingin yang merasuk hingga tulang dapat dihalau, kelelahan yang luar biasa membuat sebagian anggota telah terlelap tidur. Didalam tenda Roni menanyakan perihal laki-laki misterius yang dijumpainya dibawah tadi kepada Awang.
Roni : “wang tadi pas masih dibawah, Kakek-kakek yang pake baju item
tadi bilang apa si?”
Awang : “Kakek-kakek yang mana?” (Sambil memicingkan mata dan
berusaha mengingat-ingat)
Roni : “ Lho ga ketemu ?”
Awang : “ Enggak!!”
Dan ternyata Awang tidak merasa berpapasan dengan seorangpun selama perjalanan tadi. Bulu kuduk Roni langsung berdiri, dia menarik selimutnya dan berusaha untuk dapat tertidur.
Di keheningan malam, disaat seluruh anggota terlelap tidur karena kelelahan setelah apa yang mereka jalani hari ini. Tiba-tiba seekor babi hutan menyeruduk masuk kedalam tenda. Kontan hal tersebut membuat semuanya panik berlari tak tentu arah, tanpa menghiraukan hal lain yang ada hanya berusaha menyelematkan diri masing-masing. Situasi menjadi sangat kacau, perbekalan yang mereka bawa menjadi rusak selain karena di acak-acak babi hutan tadi, tetapi juga karena tidak sengaja terinjak-injak oleh seluruh angota yang panik. Setelah berhasil mengendalikan diri dengan melihat situasi yang terjadi sebenarnya, akhirnya mereka berhasil menghalau babi hutan tersebut. Situasipun kembali normal. Seluruh anggota tertawa lepas, menertawakan kejadian yang baru saja mereka lalui karena bisa menjadi hal yang sangat lucu apabila diingat-ingat lagi. Roni menyadari bahwa ada anggotanya yang hilang,
Roni : “WOI !! Robert mana? ada yang liat ga?” (teriaknya).
Seluruh anggota kembali terdiam, selang beberapa detik semua langsung bergerak berusaha mencari Robert.
Setelah beberapa lama,
Boni :“Robert ada disini!” (teriak).
Seluruh anggota langsung bergegas menuju sumber suara. Ternyata Robert terperosok kedalam lereng gunung yang terjal. Kondisinya cukup parah, tanpa ada komando sebagian anggota turun kebawah melakukan pertolongan pertama dan evakuasi. Dengan mengikatkan simpul-simpul tali kemudian ditarik oleh rekan-rekan yang lain diatas, Robert berhasil dievakuasi dari lereng. Kaki kanannya patah, dan ia tak mungkin dapat melanjutkan perjalanan, Erwin memutuskan tidak ikut melanjutkan perjalanan untuk menemani Robert menunggu bantuan datang.
Belum sempat fajar menyingsing, dengan perbekalan yang tersisa Roni dan kawan-kawannya melanjutkan perjalanan. Ketika perjalanan hampir mencapai pada puncak gunungnya, badai kabut menerjang. Badai kabut tersebut cukup dasyat membuat jarak pandang menjadi sangat terbatas sehingga mereka kesulitan untuk dapat melihat satu sama lain. Karena hal tersebut, Roni mengeluarkan seutas tali, dan memerintahkan seluruh anggotanya untuk mengikatkan diri mereka masing-masing sehingga terhubung satu-samalain pada seutas tali tersebut. Dimaksudkan agar apabila ada salah seorang anggota yang terjatuh tidak akan tertinggal karena cepat disadari rekan-rekan yang lain. Sambil merayap mereka melanjutkan perjalanan, berdasarkan teori antara kabut dengan permukaan tanah terdapat jarak 1 meter yang bebas kabut.
Sesampainya ditempat aman dimana kabutpun telah berlalu, mereka melepas lelah. Roni mengecek anggotanya dan didapati tali yang diikatkan pada tubuh mereka telah putus sehingga dua anggota berada paling belakang hilang. Dalam kondisi yang kelelahan dan pikiran yang kacau membuat mereka pasrah dan putus asa untuk mencari rekan mereka yang hilang tadi. Ditengah rasa keputus asaan, akhirnya Boni mulai angkat bicara.
Boni :”Kayaknya pendakian kita cuma bisa sampe sini”.
Roni : (dengan semagat menggebu-gebu) “ Tanggung lagi ! puncak
gunung dari sini jaraknya tinggal 3 Km”.
Boni : “Percuma ! kita maksain keatas, cuma buat menuhin obsesi lho
nyari eidelweis!”
Perdebetan alot pun tak terhindarkan diantara mereka sampai akhirnya terpecah menjadi dua kubu antara Roni dan Boni. Boni pun mengeluarkan keputusan,
Boni :”Udah yang mao ikut gua, kita beresin perlengkapan, trus kita
turun”
Phei : (berusaha menengahi) “ ga bisa gitu Bon, harus solider..!” “satu
turun semua turun, satu naik semua naik”.
Boni : “ Sory Phei gua ga akan solider sama orang yang lebih
mementingkan ambisinya dibanding teamnya”
Wal hasil hanya tiga orang (Roni, Phei, dan joe) yang masih mau melajutkan pendakian, sisannya memlih kembali bersama Boni.
Baru berjalan sepuluh langkah setelah berpaling dari rombongan Boni, Roni kembali bertemu dengan laki-laki misterius yang ditemuinya dibawah tadi. Dan kejadiannya berulang seperti me replay pada kaset, setelah mengatakan kata-kata yang sama seperti dibawah tadi ia langsung menghilang dikegelapan. Roni sangat ketakutan, wajahnya pucat pasi, dengkulnya terasa lemas, namun tekatnya telah bulat sehingga membuatnya kemabali kuat dan berusaha menghiraukan hal tersebut. Mereka bertiga; Roni, Phei, dan Joe bahu membahu mengahadapi medan yang sulit, sesekali saling membantu apabila ada yang kesulitan. Mereka bertiga seperti sudah menjadi satu anggota tubuh yang saling mendukung dalam menghadapi medan untuk dapat sampai kepuncak.
Akhirnya mereka berhasil menaklukan rintangan dan dapat mencapai puncaknya. Wajah merekapun sumringah memancarkan kepuasan atas apa yang mereka capai. Teriring senja yang mulai berwarna jingga, bendera kesatuan pencinta alamnya pun ditancapkan sebagai ritual yang menandakan kemenangan mereka menaklukan gunung tersebut. Setelah melepas lelah sambil beberapa kali merekam mement yang ada lewat sebuah kamera foto yang mereka bawa, Roni kembali pada tujuan utama yakni membawakan Alen bunga eidelweis. Dan ternyata tujuan mereka bertiga pun tak jauh beda, ingin memetik bunga eidelweis. Mereka langsung berpencar mencari bunga tersebut. Pada kesempatan kali ini bukanlah musim untuk eidelweis berbunga, sehingga sangat sulit tuk menemukannya. Setelah berputar-putar disekeliling puncak gunung, akhirnya mereka bertemu pada satu titik dimana terdapat eidelweis yang hanya 17 kuntum. Ambisi dan ego yang dimiliki Roni terlalu besar mengalahkan kepentingan teman-teman yang lain, Ia berhasrat memliki kesemua bunga tersebut karena kebetulan Alen berulang tahun yang ke 17 pula. Merasa Joe sebagai penghalang terbesar dalam memenuhi hasratnya, Ia langsung menghajarnya. Baku hantam akhirnya tak terhindarkan diantara meraka berdua, Phei berusaha melerai kedua temannya yang berkelahi seperti kesetanan. Pertarungan mulai tak seimbang Joe mulai tersudut dan akhirnya roboh. Belum sempat Roni merayakan kemenangannya, sebuah bogem mentah dari Phei mendarat di rahangnya, Roni pun langsung tersungkur ke tanah.
Phei :” Elho jadi orang jangan makan temen lho sendiri !”
(teriaknya setelah menghajar Roni)
Phei kemudian berusaha menolong Joe yang sudah babak belur dan sangat tak berdaya, Phei mengobati luka-lukanya dengan obat-obatan yang tersisa di ransel perbekalan.
Seakan tak menghiraukan yang baru saja terjadi, Roni secepatnya berlari setelah memetik kesemua bunga yang ada. Melihat Roni berlari terburu dan meninggalkan perbekalannya Phei berusaha mengejar karena khawatir terjadi sesuatu padanya. Namun kemudian Phei mengurungkan niatnya karena Joe lebih membutuhkannya saat ini. Roni berlari tanpa tau arah dan tujuan, setelah merasa aman sejenak Ia beristirahat seraya mengatur nafas yang terengah-engah dan melihat keseliling. Belum sempat nafas dan detak jantung kembali teratur, muncul lagi laki-laki misterius tadi namun kali ini tampak lebih seram dengan wajah angker yang terlihat sangat pucat. Ketakutan yang luar biasa membuat Roni berlari sekuat-kuatnya melupakan rasa lelah yang ada, tanpa menghiraukan apapun yang ada dihadapannya Ia menerobos pepohonan dan semak-semak yang rimbun di hutan. Laki-laki misterius tersebut masih terus mengikutinya manampakkan diri kemanapun Ia memandang, terus menerus menghantui membuatnya semakin panik dan berlari tak tentu arah.
Sampai akhirnya, ”a a a A A A !!” sebuah dahan dari pohon yang tumbang akibat badai menancap tepat pada ulu hatinya, yang Ia tabrak sendiri karena panik dan tak menghiraukan apa yang ada didepannya. Dahan pohon tersebut hasil dari patahan pohon yang tumbang menjadi sangat runcing sehingga dapat menembus ulu hatinya, darah segar mengalir tak terbedung dan berceceran disekitarnya. Seketika itu pula nyawanya melayang setelah hembusan nafas terkahirnya.
Sementara itu di lain tempat Alen tampak sangat gelisah diatas ranjang kamarnya karena besok adalah hari ulang tahunnya, sedangkan dia belum mendapatkan kabar sedikitpun dari atau tentang Roni. Beragam kekhawatiran menyeruak dalam pikirannya, apakah sesuatu telah terjadi pada Roni atau kah Roni sengaja melupakan hari pentingnya. Malam semakin larut.. hal tersebut masih terus mengganggunya sehingga menbuatnya sulit untuk memejamkan mata. Guling yang ada disisinya dipeluknya erat sebagai bentuk pelampiasan akan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Jam diding dikamarnya terasa berdetak sangat keras memecah keheningan malam didalam kamar. Sampai pada pukul 00.00, terdengar seseorang mengetuk jendela kamarnya. Intensitas denyut pada jantungnya meningkat drastis, bulu kuduk berdiri ketakutan langsung menyeruak dalam pikirannya. Namun rasa penasaran mengalahkan itu semua, Ia pun memberanikan diri untuk membuka jendela. Sumringah senyum kebahagiaan terpancar diwajahnya, seseorang yang selama ini dinanti dan di khawatirkan ada di hadapannya. Roni muncul di muka jendelanya dengan perilaku yang sangat tak biasa dan menjadi tanda tanya besar buat Alen. Dengan jaket parasut yang lusuh, wajah yang sangat pucat, dan tanpa ada kata-kata yang keluar sepatah pun keluar dari mulutnya Roni memberikan 17 kuntum bunga eidelweis pada Alen. Belum sempat Alen mengucapkan terimakasih atau mengatkan hal lain, Roni langsung pergi begitu saja.
Pagi menjelang, cahaya matahari berusaha menerobos melalui celah-celah jendela kamar Alen. Ketika membuka mata, tampak kedua orang tuanya menyambutnya bangun dipagi ini dengan senyum lebar dan ucapan selamat ulang tahun dilayangkan sambil mendaratkan kecupan hangat dikeningnya. Selesai itu Ia pun beranjak menuju dapur mengambil segelas air putih yang kemudian dibawanya ke ruang tengah. Di ruang tersebut tampak televisi yang menyala tanpa seorang pun yang menonton. Duduk di sofa depan TV, ambil remote bermaksud mengganti chanel. Namun kemudian Ia tertegun setelah melihat siaran berita pagi di TV. Dikatakan;
“ telah ditemukan 11 orang pendaki gunung tersesat digunung kerinci, 8 orang ditemukan dalam keadaan selamat, 2 orang luka parah dan 1 orang meninggal di tempat terpisah. Korban meninggal diidentifikasi bernama Roni umur 19 tahun”
Alen sangat syock diam sejuta kata, tak mengerti apa yang terjadi sampai akhirnya tak sadarkan diri. 17 kuntum bunga eidelweis dari Roni masih ada dalam genggamannya.

-- The End --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar