Rabu, 12 Mei 2010

edisi V

Jungle to Jungle
Bab II - Ekskul

Ekstra kulikuler merupakan sebuah kegiatan tambahan di sekolah, dimaksudkan agar siswa dapat menyalurkan minat dan bakatnya ke hal2 yang positif. Ada sebagian siswa menganggap kegiatan tersebut hanya buang-buang waktu dan sama sekali ga gaul. Gw sendiri pada awalnya beranggapan demikian, hari minggu-libur mending Gw dirumah, bisa bangun siang, kaga perlu mandi pagi trus langsung ngejogrok di depan tv nonton doraemon. Tapi berhubung di sekolah Gw ini yang namanya ekskul diwajibkan. Jadi dengan sangat terpaksa (kaya anak laki-laki yg mao di sunatin) Gw milih salah satu ekskul.
Yang dah baca cerita sebelumnya musti tau, di bab sebelumnya dah dibahas,, yups bener banget.. Gw milih ekskul jurnalistik. Ekskul yang teramat sangat tidak popular waktu itu, tapi Gw tertarik buat mencoba mengikuti kegiatannya. Ya,, disamping itu ada pertimbangan,, cuman ekskul ini yang kayanya kaga perlu berkeringat dan panas-panasan.
# Pertemuan pertama;
Sekitar 15 orang siswa baru yang terjaring dalam ekskul jurnalistik berkumpul, menunggu di depan sebuah kelas yang kosong. 30 menit pertama. sambil menunggu datangnya sang senior/instruktur, para anggota baru asik bercengkrama satu sama lain. ngobrol ngalor-ngidul hingga tak menyadari kalo sebenernya mereka lagi nunggu sesuatu. 30 menit kedua. Mulai kehabisan bahan obrolan dan menjadi sangat membosankan. Menyadari yang ditunggu tak kunjung datang. 30 menit ketiga. Inisiatif mengusir kebosanan timbul dengan jajan ke kantin belakang sekolah. Pesen segelas es buah dan sepiring somay buat iseng-iseng ganjel perut, karena sebenernya gal ape-laper amat. Menyantap jajanan yang dipesen sambil nontonin ekekul-ekskul laen yang lagi pada sibuk latihan di lapangan. 30 menit ke empat. Inisiatif yang timbul semakin ekstrim. Salah satu temen ngajak maen ke rental PS. Walhasil para anggota baru ekskul jurnalistik berhasil bertahan selama 4 x 30 menit di sekolah tanpa dapet kegiatan jurnalistiknya itu sediri. Hehe… awal yang buruk.
# Pertemuan Kedua
Langkah Gw sebenernya udah berat bangat buat dateng ke ekskul ini, takut kejadian minggu kemaren terulang lagi. Tapi berhubung Gw penasaran pengen ngedalemin ilmu jurnalistik, jadi terpaksa Gw mantapkan langkah kaki Gw. Sampe di sekolah kejadiannya ga jauh beda sama minggu kemaren. Yang Gw khawatirkan terjadi. Suasananya persis sama, tapi kali ini Cuma mampu bertahan 1 x 15 menit. Abis itu pada balik kanan bubar.. jalan..
# Pertemuan Ketiga
Jumlah simpatisan sangat jauh berkurang, kali ini yang hadir Cuma 40 ½ % termasuk Gw sendiri. Wah… Gw mulai ragu sama nih ekskul. Untung salah satu temen sesame anggota baru “Susiana”, tau rumah salah satu senior /instruktur jurnalistik. “Retno” namanya, senior dengan potongan rambut bondol dan aura wajah yang sangat bengis rumahnya juga ga terlalu jauh dari sekolah. Demi untuk menyelamatkan harkat dan martabat bangsa INDONESIA….. (halah berlebihan), ekskul jurnalistik maksudnya. #ref. 5 orang anggota jurnalistik yang tersisa berangkat menuju rumah senior yang di maksud. Dalam bahasa kasarnya di ciduk paksa dari tempat persembunyiannya. Dalam keadaan kucel baru bangun tidur, masih ileran pula… (hehe… ge juga sih) sang senior di seret kesekolah. Di ruang kelas ke lima anggota jurnalistik yang masih berpendirian teguh duduk dengan tenang. Memperhatikan instruksi dari sang senior yang telah berdiri di depan kelas dengan kondisi sedikit terhuyung dan tatapan yang kosong. Karena bingung apakah dia saat ini berada di alam nyata atau di alam mimpi. #ref. Susana kelas tiba2 menjadi sangat hening, hanya sesekali terdengar suara kertas dari buku yang sedang di buka lembar halamannya. Setelah ditunggu cukup lama, akhirnya terlontar sepatah-dua patah kata… “ ya udah.. sekarang lho semua buat artikel temanya bebas, trus minggu depan di kumpulin” ucapnya sambil kelopak matanya turn naek. Abis ngomong gitu, tuh senior langsung cabut tanpa minta dianter lagi.. (… gubrak..)
“huft… Ya Alloh berilah hamba kesabaran”.
#Pertemuan Keempat
Kelima anggota jurnalistik yang tetap teguh pada pendirian ini, antara lain rinciannya sebagai berikut.. (ya’elah,, kaya soal ulangan); “lily, Susiana, Elisabeth, Fajri dan Gw sendiri tentunya.. kelima orang ini tetap hadir sesuai jadwal dan ta lupa membawa artikel seperti yang ditugaskan sang senior bengis berambut bondol (hehe.. es cendol campur susu,, cewek bondol, ora napsu). Mungkin belajar dai pengalaman sebelumnya , kali ini sang senior datang tanpa di jemput dan penuh dengan persiapan (.. dah mandi maksudnya). Setelah mengumpulkan artikel yang kami buat, Dia kemudian membuat semacam forum diskusi diantara kami berlima. Isinya minta usulan nama/sebutan yang bagus untuk tim jurnalistiknya. Sejumlah nama diusulkan;
- Warta : Wartawan Tamsis
- Persta : Pers Tamsis
- Jurta : Jurnalis Tamsis
Gw nih.. Yang merupakan seorang anak muda berbakat yang penuh dengan ide-ide cemerlang dan visi sangat jauh kedepan…. (halah lebay). Menganggap nama-nama yg diusulkan kaga ada yang berbobot. Sampai akhirnya gw usulkan buah pemikiran gw “Vista = Visi Tamsis”… sambil mengangkat tangan kanan terkepal dan wajah yang besinar-sinar. Seketika itu seluruh benda diruang kelas begetar seluruh pandangan mata kagum tertuju pada Gw dengan mulut yang agak menganga.. (hehe.. ga juga se..) #ref. seluruh anggota setuju dan akhirnya mendaulat nama tersebut sebagai nama resmi team jurnalistik sekolah kami. sebagai informasi, sampai berita ini diturunkan nama tersebut masih tetap digunakan.. (hehe,, tepok tangan dunk..!!?).

*** Dikelas sendiri sosialisasi dan interaksi gw dengan teman-teman berkembang semakin baik. Intensitas interaksi telah mengarah kea rah yang lebih selektif dalam memilih teman yang dianggap bisa nyambung pada saat itu. Vishnu, Northon, dan Darmawan adalah teman yang gw maksud. Kita berempat sering terlihat bersama, dikelas pada saat jam pelajaran maupun jam kosong karena kebetulan kami duduk berdekatan. Pada saat istirahat kami juga selalu bersama, bahkan pulang sekolah kita selalu bersama padahal kita tidak satu arah tempat tinggalnya. Tapi, selalu ada yang mengalah ambil jalan memutar Cuma biar bisa pulang bareng. Terkadang kita mampir dulu ke irumahnya Northon atau Darmawan yang rumahnya ga jauh dari sekolah.
Vishnu adalah sosok anak sekolah baik-baik (keliatannya doang..) memiliki garis darah kesukuan yang tidak jelas. Tempat tinggal nya paling jauh dari sekolah, sekitar 20 Km jarak yang harus ditempuh untuk bisa sampai kesekolah tiap hari. Bapaknya sangat setia mengantar – jemputnya setiap hari dengan menggunakan sepeda motor antiq (gw g bilang butut loh..). Awal mula perkenalan kita, Vishnu yang dibonceng bapaknya kerap berpapasan dengan Gw dalam perjalanan pulang sekolah. Waktu itu Gw lagi gigih mengkampanyekan “save ozone” dengan cara menggunakan alat transportasi yang ramah lingkungan. Sepeda (alasan sebenernya se,, ga punya motor). Ke esokan harinya setiap habis berpapasan si Vishnu selalu meng olok-olok gw di kelas dengan kata-kata; “ naik sepeda melulu ntar kondor loh “.. Perlahan namun pasti, berkat olok-olok yg dilontarkan Vishnu meluntur semangat Gw untuk tetap bersepeda kesekolah. Setelah itu Gw lebih milih kesekolah naik angkot.
Northon yang seorang anak batak karo tinggal bersama keluarga pamannya disini, gw juga ga tau pasti gimana dan dimana bapak ibu kandungnya. Tempat tinggal northon ta jauh dari rumahnya Darmawan. Darmawan memiliki darah minang yang sangat kental, sesuai ciri khas dari suku nya yang selalu indentik dengan perniagaan. Rumahnya pun merangkap sebagai toko yang menjual kebutuhan sehari-hari. Sama kaya Gw jg sebenernya se.. (ngewarung rumahnya) Dari perbedaan suku dan latar belakang tersebut justru membuat kita berempat semakin solid. Berusaha saling memahami satu sama lain. Namun sayang mereka bertiga bernaung di satu ekskul yang sama, ekskul pramuka. Sedangkan Gw beda sendiri ada di ekskul jurnalistik.
Mereka bertiga tak pernah bosan membujuk Gw supaya bisa gabung di ekskul pramukanya. Akhirnya dengan dilandasi rasa kebosanan pada ekskul Gw yang kegiatannya agak kurang jelas dan dengan didorong oleh keinginan luhur… (walah kelewat). #ref. Gw putuskan untuk mengikuti saran ketiga teman gw tersebut, bergabung di ekskul pramuka. Namun tak sertamerta Gw bisa masuk gitu aja. Gw harus minta ijin mutasi ekskul ke killer teacher. Pria angker bertubuh tegap, tinggi besar yang biasa bercokol di kantor meng eksekusi para siswa yang tidak disiplin… hehe, kali ini gw dah tau namanya, “ pak Sutrisno”. #ref. gw dateng menghadap ke kantor dengan di dampingi temen gw Vishnu. Baru aja masuk ke kantor tapi dengkul gw dah lemes, lidah gw tiba-tiba jadi kaku saat berhadapan dengan sang killer teacher. Untung si Vishnu Bantu gw menjelaskan maksud kedatangan gw. Dengan suara menggelegar memecah keheningan kantor. Pak Sutrisno menjawab dengan meminta keseriusan gw dalam mengikuti sebuah ekskul. Tidak boleh setengah-setengah katanya. Dengan wajah pucat pasi Gw mengangguk, pertanda mengerti apa yang di pesankannya tadi. Dan akhirnya permohonan mutasi ekskul gw disetujui.
Dipertemuan pertama ekskul gw yang baru ini, gw bisa mengenal pembinanya yang juga alumni sekolah ini. Kak Ibnu namanya. Kegiatannya pada saat itu adalah masak-masak.. (walah.. jadi kaya ibu2). Tapi ga papalah, ga terlalu buruk buat kesan pertama yang penting ada kegiatannya dari pada bengang-bengong doang. Para anggota pramuka yang lain juga cukup ramah menyambut kedatangan gw di ekskul ini. Yah.. mungkin mereka sadar klo gw ini asset berharga yang sangat bisa di andalkan (hahaha.. PD abis). Kegiatan berjalan sangat santai dan menyenangkan. Tak jarang diselingi tawa canda dan gurauan yang mencairkan suasana. Dan ternyata si suci juga terlibat aktif di ekskul ini. (mata gw berbinar dengan pandangan menerawang) … hehe, kalo kata pendeta dalam bilik ratapan dosa,”nak jalan yang kau pilih sudah benar”… #ref. Tapi gw juga masih focus sama tujuan utama masuk ekskul ini. Untuk bisa jadi anggota ekskul pramuka yang baik dan benar sesuai yang di amanatkan Pak Sutrisno. Mati-matian gw ngeburu tanda tangan Pembina wat ngisi SKU (Syarat Kecakapan Umum). Soalnya minggu depan udah pelantikan kenaikan tinggkat di cibubur, gw ga akan bisa ikut klo SKU gw masih kosong.

***Lebih dari seratus siswa berbaris di lapangan dengan berbagai perlengkapan survival bak tentara yang hendak diterjunkan di medan tempur. Mereka adalah anggota dari ekskul; Pramuka, Paskibra, dan Pmr yang hendak brangkat ke bumi perkemahan cibubur. Tujuannya adalah melaksanakan serangkaian kegiatan ujian kenaikan tingkat dan seromonial pelantikan. Untuk ekskul pramuka para anggota baru nya ini akan dilantik menjadi penegak bantara. Namun sayang, salah seorang temen Gw “Vishnu” ga ikut kegiatan pelantikan ini.
Setelah apel ditutup dengan doa, tiga unit truck yang akan digunakan sebagai sarana tranportasi menuju lokasi kegiatan tiba disekolah. Harusnya biar terkesan lebih angker, pake truck kompi tentara. Tapi ini malah pake truck pasir… (weleh kaya orang kampung mo kondangan). Tiap ekskul dapet jatah masing-masing satu truck. Diatas truck kami semua riang gembira sambil bernyanyi-nyanyi. Tak perdulisedang naik apa dan akan menuju kemana. Ditengah suasana riang gembira tersebut, gw asik bercengkrama dengan “rani”. Setelah kenalan, ngobrol ngalor-ngidul, becanda-canda, dah pokoknya seru. Gw baru tau dia anaknya asik, dan selalu merespon joke yang gw lontarkan dengan tawa. Dia juga memberi panggilan khusus ke gw waktu itu “dandi”. Nama anak dari tokoh Indah dalam serial Tv Tersanjung. #ref. mungkin karena dia gemes ama gw yang punya face agak imut. (hehe.. narsis).
Menjelang tengah hari Truck-truck yang mengangkut para anggota ekskul tadi akhirnya tiba di bumi perkemahan cibubur. Setelah turun dari truck, semua sibuk memilah barang bawaannya masing-masing. Karena ditumpuk jadi satu. Tak ayal banyak barang bawaan dapat dengan mudah tertukar dengan banrang milik orang lain. atau memang ada yang sengaja ditukar diam-diam. Kaya lampu badai yang baru Gw beli seharga Rp 30.000,- eh.. pas nyampe sono kaga ada tuh lampu badai Gw. Yang tersisa Cuma lampu badai yang udah gosong-gosong di kacanya. Males ambil pusing akhirnya Gw ambil juga tuh lampu, dari pada ga ada. Breafing 5 menit dari kakak senior membertahukan tenda mana yang akan kita tempati.
Semua barang dan perlengkapan di masukkan dan disusun rapi di dalam tenda. Dalam tenda berukuran 5x2 meter bercokol satu regu “pendobrak” dengan jumlah anggota 10 orang cecunguk kacrut. (.. hehe) #re# Belom bisa santai gitu aja, kita masih harus merapikan tenda dan menyiapkan perangkat pendukungnya seperti; jemuran, dapur, parit dan menaburi garam disekeliling tenda.
Beres-bres dan persiapan tenda selesai, terasa mulai musim kemarau di tenggorokan. Huufft… perlu ada pengairan nih. Gw buka tas,,, baru inget ternyata Gw lupa bawa minum. Gw tanyai ke temen-temen Gw yang laen,,, heleh.. 9 orang cecunguk kacrut itu juga pada lupa bawa aer minum. Salah satu orang temen Gw “Indra” kasih usulan… “dah kita masak aer aja dulu, kan ada kompor sama panci!” sambil ngomong gitu dia ngeluarin panci dari dalam tenda trus ngambil aer di MCK. Bagus se emang ide nya. Tapi menurut perhitungan fisika Gw..
Dik : 20 menit waktu yang diperlukan untuk memanaskan aer hingga mendidih
20 menit lagi wat dinginin tuh aer biar bisa diminum
Berdasarkan hokum Newton II yang biasa digembar-gemborkan bu Setyowati (guru fisika dikelas) “Aksi = Reaksi “,,, jadi;
20 menit + 20 menit = 40 menit
Aksinya tenggorokan udah sangat kering kerontang
Sedangkan reaksinya adalah,,
Rp 1500,- / 0 = Rp 1500,- wat beli Aqua / 0 (pasang muka melas minta minum ke regu laen).
Setelah Gw pertimbangkan dalam-dalam akhirnya Gw ambil keputusan pilih pasang muka melas minta aer ke regu laen. Dan ternyata juga ga semudah yang Gw bayangkan. Aer minum sangat berharga disana jadi semua orang berubah jadi pelit kalo berhubungan sama aer minum. Setelah lumayan lama berkeling ke sekitar kavling perkemahan, akhirnya ada seorang gadis berkacamata yang berkenan memberikan sedikit aer minumnya buat Gw yang sangat kehausan ini. Meskipun masih SMP gadis ini cukup bijak membagi aer minumnya ke Gw. “Elsya” namanya. Oiya.. sekolah Gw swasta jadi satu yayasan ada SMP dan SMA. #ref#Gw yang punya tingkat solidaritas sangat tinggi. Tidak serta merta menghabiskan sendiri aer minum yang Gw dapet gitu aja. Dengan mata berkaca-kaca dan hati yang berbinar-binar.. sebotol aer minum yang Gw dapet tadi Gw bawa balik ke tenda dimana temen-temen Gw udah pada kehausan. Tapi binar di hati Gw langsung redup,, karena ternyata usahanya si Indara berhasil dengan baik. Temen-temen Gw udah asik menikmati aer minum yang melimpah… (busyet,, lama juga Gw nyari aer nya ya?!).

***Dini hari sekitar pukul 00.05 saat itu malam sangat sunyi, karena kelelahan semua tertidu dengan lelap dalam tenda. Sampai akhirnya terdengar teriakan-teriakan orang marah seperti mau ngajak berantem yang memecah kesunyian malam. Ternyata suara tersebut berasal dari mulut kakak senior yang sengaja berkoar-koar untuk membangunkan kami secara paksa. Beberapa orang teman kami yang belum bangun diseret paksa keluar tenda. Dalam suasana preasure dan hitungan mundur yang diteriakkan kakak senior, kita semua bergegas beres-beres.. maklum bangun tidur pasti masih acak-acakkan. Dalam kondisi yang masih carut marut seluruh peserta pelantikan duduk berbaris dilapangan sambil memegang gelas kosong. Pikiran mo buat apa tuh gelas..?! eh,, ga taunya buat makan bubur kacang ijo yang bahan dasarnya kita kumpulin di panitia kemaren. Bubur yang masih hangat harusnya nikmat di makan tengah malem yang udaranya sangat dingin ini. Tapi berhubung makannya harus secepat hitungan sang senior,, jadi tuh bubur cumin numpang lewat dilidah langsung masuk perut. Mungkin si lidah juga bingun “apaan yang barusan lewat”. Habis semua bubur diteguk, gelas-gelas kosong dikumpulkan jadi satu secara estafet ke baris paling belakang.
Suasana kembali hening dan masih mencekam, semua senior berdiri disekeliling kami dengan tatapan mata memburu. Sang empunya ekskul, kak Ibnu.. memberi instruksi “ acara kali ini jurit malam” dengan tegas di ucapkan dihapan para peserta pelantikan. Jadi kita nanti dilepas satu-satu untuk yang laki,, dua-dua untuk yang cewe trus berjalan menyusuri gelapnya malam mencari pos-pos yang ditentukan di sekitar areal bumi perkemahan. Semacam permainan mencari jejak. Huufft.. sebenernya gw seh ga takut klo cuman jalan malem doank, tapi Gw khawatir kesasar aja. (hehe.. maklum baru pertama kali ke cibubur).
Setelah beberapa kloter dilepas selang-seling cewe-cowo, akhirnya tiba pada giliran Gw. Gw coba kendalikan diri tuk dapat menerobos gelapnya malam yang cukup menyeramkan. Hembusan angin malam yang membantu bulu kudu berdiri menambah Susana menjadi semakin horror.. menelusuri jalan setapak di tengah hutan kota menuju pos I sesuai yang diinstruksikan sebelum berangkat. Tanpa penerangan menjadi sangat menyulitkan mencari jalan untuk dapat sampe ke pos I. hufft.. beberapa hafalan surat pendek Gw baca-baca di jalan, takut tiba-tiba mahluk tidak terindentifikasi muncul di hadapan Gw.. hehe. Dengan segala rasa yang Gw bawa saat itu, Gw pun tiba di suatu tempat dimana terdapat sekumpulan orang yang tak jelas wajahnya. Karena hanya menggunakan penerangan dengan 2 batang lilin. “dewantara” Gw sebut kata sandi untuk menyapa sekerumunan orang tersebut. Dari kegelapan salah seorang dari mereka menjawab “muda”. Ouh.. ternyata ini pos I nya.
Beberapa tugas untuk menguji para peserta pelantikan yang tiba di pos I di berikan oleh kakak-kakak senior yang bertanggung jawab di pos tersebut. Gw dapet tugas membacakan dasa darma tanpa teks di bawah sebuah pohon besar agak jauh dari pos. dengan suara lantang satu-persatu isi dari dari darma Gw sebutkan secara berurutan. Tau Gw dapat menyelesaikan tugas dengan baik, kakak senior memanggil untuk kemudian diberi intruksi tentang petunjuk jalan menuju pos II. Dan mampak suci diberangkatkan lebih dulu sebelum Gw..
Saat diperjalanan menuju pos II, si suci dan partner nya “Christine” tersusul sam Gw. Ternyata dia memperlambat langkahnya, tah sengaja ato ngga. Tapi Gw seneng banget dengan hal itu. Hehehe.. perjalan berubah menjadi sangat menyenangkan klo ada suci di sisi Gw. Kita ngobrol ngalor-ngidul untuk mengusir rasa sepi, sambil sesekali suci merengkuh lengan gw erat saat mendengar suara-suara aneh yang menyeramkan. Uhui.. semua itu gw berlangsung lama, karena pos II sudah nampak didepan. Kita pun mengatur jarak lagi biar ga ketauan kalo kita jalan bareng.
Di pos II kebetulan yang jaga kakaknya suci dan beberapa orang senior lainnya. Di pos ini kita di uji mental/nyali nya. Semua yg telah sampe di pos berbaris menunggu tanntangan yang akan diberikan. Gelisah, bingung, takut semua perasaan itu menghantui kita saat menunggu giliran. Salah seorang senior menyorot-nyorotkan cahaya senternya, sampai akhirnya cahaya senter tersebut berhenti saat menyorot Gw.
Kakak senior : “kamu..?!”
Gw : “siap kak..!!”
Kakak senior : “berani ga kamu klo saya suruh ngitung berapa langkah kaki
keliling MCk itu?!” (sambil menujuk MCK yang letaknya cukup
jauh dai pos).
mau bilang ga berani, malu. Karena ada suci di sebelah gw. Ntar dia ga akan nyaman merangkul gw lagi setelah tau klo Gw penakut juga. Demi mengejar image klo Gw ini cowo pemberani dan dapat di percaya… (halah).
Gw : “siap berani kak..!!”
Kakak senior : “bener..?!” (dengan nada yang penuh keragu-raguan)
Tugas ini mungkin paling diantara tugas-tugas untuk peserta lain sehingga membuat kakak senior agak ragu. Gw buletin tekad. Dengan langkah pasti Gw langkahkan kali dan mulai menghitung. Saat melintas bagian belakang MCK, terasa bulu kudu Gw bediri. Terdengar decit suara pintu MCK yang bergerak tertiup angin. Ga sempet baca surat-surat pendek. Mulut gw udah sibuk buat mengitung jumlah langkah. Gw percepat langkah Gw. karena di belakang Gw terasa ada yang mengikuti sesosok entah apa itu, gw berani liat.
Selesai menjalakna tugas , tiba saat pemberangkatan ke pos selanjutnya. Si Christine ternyata sakit. Jadi dia ga bisa ngelajutkan perjalanan. Hemm… kebayang si suci sendiri jadi pasti di partnerin sama Gw.. hehe. Bisa puas neih beduaannya. Beuh….!! Ga taunya dia malah di suruh nungguin Christine….. (ga seru ah).

***Basah kuyup, baju belepotan Lumpur persis mahluk yang ada film series jaman Gw SD dulu judulnya “swamthing”. Berdepatan dengan beduk magrib malam kedua dari acara perkemahan ini. Para anggota pramuka peserta pelatikan baru aja mentas dari ujian halang rintang… yah mirip-mirip ujian ketangkasan di militer. Jadi kita di haruskan melewati sejumlah rintangan seperti; merayap melalui kolong kawat berduri, melompati palang balok kayu, memanjat dinding papan, yang lumayan seru adalah berayun pada seutas tambang seperti tarzan melewati sebuah kolam. Pada rintangan ini tak sedikit yang jatuh tercebur ke kolam. Karena kondisi yang lelah dan genggaman tangan yang licin karena basah dan berlumpur. Tapi rintangan yang terberat dalah saat kita hrus merayap menyusuri sungai kecil yang hanya memliki kandungan air 30% dan sisanya adalah Lumpur. Disini tenaga kita benar-benar dikuras. Lumpur yang tebal menenggelamkan kita saat menjejakkan kaki, jadi harus benar-benar merayap. setelah menempuh jarak sekitar 500m akhirnya kita menacapai garis finish. Semua peserta naik keatas, keluar dari sungai dan langsung di perintahkan lari berbaris menuju tempat kemah sambil bernyanyi-nyanyi..
Tiba di tempat kemah dengan kondisi yang sedemikian rupa, dapat di pastikan yang paling utama dicari adalah MCK.. (Mandi Cuci Kaki doang…. Hehe). Cebar-cebur suara air bersaut-sautan terdengar dari dalam MCK. Kaya onta yang baru ketemu oase di tengah padang pasir… hemmm dah bersih ceritanya neih.. Badan dah wangi, baju dah sekalian di cuci tinggal di jemurin aja. Hufft ternyata jemuran yang kita buat ga memadai menampung semua cucian. Ga mao ambil pusing ,, tuh pakean basah yang ga kebagian jemuran di sangsrangin gitu aja di atas tenda. Sedangkan tenda yang ada ga dirancang buat di tangkringin pakean basah. Wal hasil tuh tenda melengkung kaya atep rumah gadang khas kampungnya mawan… hehehe.
Menjelang malam, masuk pada acara api unggun. Kayu bakar disusun sedemikian rupa sehingga mirip kerucut yang menjulang tinggi mirip gunung semeru. Seluruh peserta perkemahan dari ketiga ekskul berkumpul melingkari api unggun. Tumpukan kayu tersebut pun dinyalakan dengan sebuah seremonial. Dimana ada sepuluh orang melingkari api unggun, masing-masing membawa sebuah lilin yang menyala. Setelah satu persatu membacakan Dasa Dharma pramuka secara ber urutan, lilin yang mereka bawa dilemparkan ke tumpukan kayu dan api unggun pun menyala. Acara menjadi meriah karena setiap ekskul menampilkan kebolehannya, baik itu bernyanyi, teatrikal, ato demo ketangkasan merakit tandu darurat.
Namun satu regu Gw ini agak nyeleneh, Darmawan ketuanya. Diam-diam meyelinap balik ketenda. Kondisi fisik kita emang udah droop banget. Maklum seharian ini kegiatannya sangan menguras fisik dan selalu berhubungan dengan air jadi bikin gw nih malem bersin-bersin terus. Di teda kita bikin kopi panas,, lumayan buat menghangatkan badan. Si Darmawan, ga tau dapet dari mana…?! Dia ngeluarin sebotol air mineral ukuran 600ml tapi isinya berisi air yang berwarna merah keruh. Gw pikir fanta. Sambil ngeluarin sebungkus rokok gw bilang “bagi wan..” Darmawan pun menyodorkan minuman yang dibawanya. Temen yang laen menghisap rokok yang gw bawa. Gw menenggak minumannya. Baru nyampe tenggorokan tuh minuman langsung gw semburin keluar lagi. Temen-temen Gw yang laen juga merasakan hal yang aneh dengan minumannya.
Gw : “minuman apaan se nih wan?! Rasanya aneh gini..?!”
Darmawan : “gingseng,, buat anget-anget” (sambil cengar-ceringir dia jelasin)
Busyet ternyata gingseng,, semacem minuman kesehatan dari kampung. Abis nyalain sebatang rokok, gw melangkah keluar nyari udara segar. Di dalem tenda sumpek banget. Gila aja 10 orang hamper semua pada ngerokok. Sambil clingak-clinguk takut ketauan senior. Kalo ketauan bisa di drill abis-abisan. Hehe.. sadar klo yang kita lakuin ini diluar norma yang seharusnya. Tapi waktu itu lagi khilaf banget.
“A .S” temen Gw kacau banget,, pas lagi sholat isya berjamaah di lapangan dia muntah-muntah, ga sampe selesai sholatnya langsung digotong ke tenda ma temen-temen. Konon dia yang paling doyan ma minuman yang di bawa Darmawan.
Kakak senior : “si A.S kenapa..?!”
Salah satu temen Gw : “ gapapa kak, cumin masuk angina aja..” ( berusaha
mengcover kejadian yang sebenarnya)
Kakak senior : “ perlu obat ga?!”
Salah satu temen Gw : “kita udah bawa obat-obatan ko’ kak..”
Kakak senior : “ohh yaudah,, klo ada apa-apa cepet lapor y!!?”
Salah satu temen Gw : “siap kak!!”
“A.S” pun terkapar tak berdaya di dalam tenda, teman-teman merawatnya dengan mengoleskan minyak angin di keningnya.
Matahari menampakkan sinarnya membangunkan semua yang terlelap tidur dalam kelelahan. Matahari pagi ini adalah yang terakhir yang kita liat di cibubur, karena nanti sore kita berangkat pulang. Pas Gw bangun, tampak si Indra udah sibuk masak nasi. Dan semua yang tertidur dalam tenda pun bangun dan langsung menuju MCK. Menyisakan A . S yang masih terkapar didalam tenda. Selesai cuci muka dan gosok gigi gw sama mawan pergi nyari ketoprak buat sarapan. Sepiring ketoprak kita santap berdua dengan lahap. Sambil memandangi deretan tenda anak2 paskibra. Tampak “devi” lagi sibuk bermake up ria. Hehehe… dia gat au klo acara selanjutnya cebur-ceburan di lumpu kaya Gw kemaren. #ref# perut dah agak kenyang kita berdua balik lagi ketenda. Sempat terlintas kita bakal makan lagi hasil dari masakannya si Indra. Ehh,, ternyata pas kita nyampe tenda, si Indara malah lagi manyun. Tapi si A.S yang udah bangun dari tidurnya malah cengar-cengir ga jelas gitu di sebelahnya Indra.
Gw : “kenapa si Indra, gus?!
A.S : “ gini,, tadi Gw baru bangun tidur.. kepala Gw masih pusing
banget,, gw gat au klo si Indra naro nasi liwetnya di depan
tenda.. yah, pas gw kluar tenda ga sengaja nih kaki nyeblok di
panci nasi liwetnya si Indra..”
Denger ceritanya si A.S waktu itu sebernernya Gw pengen ketawa, cuman demi menghargai perasaannya si Indra, gw tahan-tahan ketawanya… (hehe).



>>> to be Continue…